Rahasia terbang ke luar negeri gratis: cerita perjalanan

J****P 

Yapp!!! Hanya 6 kata rahasia untuk terbang ke luar negeri PP dengan gratis bahkan bisa ada untungnya juga. Rahasia ini saya baru tau kemarin dari dua orang muda yang baru kenal saat saya terbang dari Istanbul 🇹🇷 ke Budapest 🇭🇺 

Seperti biasa sebelum pesawat lepas landas, saat penumpang lain masih berangsur masuk ke kabin pesawat, saya membuka halaman buku saya (sekarang saya menggunakan reMarkable, jarang bawa buku lagi) karena I don’t usually know how to do nothing 😜 beberapa hari terakhir saya sedang membaca buku dari Robert T. Kiyosaki "Rich Dad Poor Dad."

Saya berusaha untuk fokus dari kebisingan para penumpang. Tiba-tiba fokus saya terganggu oleh obrolan dengan bahasa yang tidak asing di telinga saya. Saya perhatikan ada dua anak muda berwajah Asia sedang sibuk memasukkan cabin baggage mereka ke dalam overhead compartment.

Selama perjalanan saya di luar negeri baik itu di dalam pesawat, di dalam kereta, di stasiun, di bandara, dll, tidak jarang saya berpapasan dengan orang-orang yang sedang mengobrol dengan menggunakan bahasa Tanah Air. Saya bukannya sombong, tapi jarang sekali saya mendekat dengan alasan sok kenal atau sok dekat. Saya biasanya tidak menyapa karena saya tidak selalu punya mood untuk mengobrol, saya lebih memilih untuk terus asik membaca. Alasan lain saya tidak mau nanti berujung jadi teman seperjalanan. Saya lebih memilih untuk solo 😝

Tapi tidak tau kenapa mulut saya bersuara “Hei kalian mau ke mana?”
Spontan keduanya cengir sambil salah satu berkata “Orang Indonesia rupanya” sembari mengulurkan tangan untuk salaman, “mau ke Budapest.” terusnya “Mas mau ke Budapest juga?”
“Ia” kata saya “Kalian mau kerja atau kuliah?”
“Kuliah mas, saya dari Jawa Timur”, “Dan saya dari Bekasi, mas kuliah juga”
“Ia saya di ELTE, Eötvös Loránd University, kalau kalian?” saya balik bertanya.
“Aku di University of Pécs”, “Saya di University of Debrecen.” jawab mereka.

Tiba-tiba seseorang mengajukan pertanyaan pada saya
Excuse me, what’s your seat number?” Dia menanyakan nomor kursi saya.
It’s 15A” sambil saya menjukkukan boarding pass saya yang ada di Wallet iPhone saya.
Karena kebetulan orang itu juga memiliki kursi 15A, saya yang mengalah dan pramugari memberikan saya ijin memilih tempat duduk yang kosong dibelakang. Ternyata bagian belakang pesawat sepi karena entah kenapa Turkish Airlines rute Istanbul-Budapest tiba-tiba menggunakan pesawat Airbus A330-300.

Saya pindah kebelakangan jadi obrolan saya dengan mereka jeda sejenak. 

Setelah makan siang disajikan saya melihat Alif sedang jalan menuju ke arah belakang ternyata temannya, Irfan, sudah pindah ke belakang sejak tadi. Setelah saya menyapa mereka menghampiri dan duduk di kursi kosong sebelah saya. 

“Oh Ritueli Daeli” keduanya serempak saat saya memperkenalkan diri. 
Nada mereka seakan pernah mendengar nama saya, tapi entah itu betul atau hanya sekedar acting belaka 😄

“Kamu banyak kenal orang Indonesia di Budapest?” Alif bertanya.
“Tidak banyak, tapi saya kenal Wira di Pécs.” saya merespon. 

Alif kaget, karena kebetulan Wira adalah flatmate-nya Alif.
Dan yang lebih mengagetkan lagi ternyata aku pernah tidur di ranjangnya Alif 😱 What a small world!😝 Mungkin ini juga alasan kenapa saya jadi terdorong untuk memulai obrolan dengan mereka.  

Ceritanya waktu saya ke Pécs yang ke-2 kali, hostel saya overbooked. Saya mau balik ke Budapest malam itu juga tapi Wira menawarkan saya untuk tidur di tempatnya Alif, karena malam itu Alif lagi di Budapest. 

Percapakan kami semakin lebih panjang karena kebetulan mereka tau buku Robert T. Kiyosaki yang sedang saya baca "Rich Dad Poor Dad." 

Singkat cerita penerbangan kami TK1033 mendarat di Bandara Budapest. Setelah melewati imigrasi kamipun mengambil checked baggage kami di luggage conveyor. Saat saya melihat jumlah barang mereka, disinilah terungkap rahasia mereka liburan ke Indonesia dengan tiket pesawat ditanggung oleh barang-barang yang mereka bawa 🧳

“Naik apa?” Alif bertanya pada saya.
“Kalau koper saya lebih dari satu saya naik taxi, tapi karena koper saya cuman satu, saya naik bis aja?” saya menjawab.

Kebetulan pemberhentian bis bandara tidak jauh dari flat saya. Tarif bis bandara 1500 HUF setara dengan Rp. 63.000. Saya pernah naik taxi dari bandara ke flat saya 9000 HUF atau setara dengan Rp. 380.000 (kurs saat ini). Jadi saya mencoba menghemat. Karena barang mereka banyak, tadinya mereka bilang mau naik taxi tapi akhirnya mereka ikut saya naik bis 😁

Perjalanan dari bandara ke flat saya dengan menggunakan bis bandara dapat ditempuh selama 30 menit. Obrolan saya dengan Alif dan Irfan masih terus berlangsung. Ternyata dari Soekarno-Hatta, Irfan mau terbang bersama 90 kg barang bawaan. Sebagai student, dia mendapatkan checked baggage allowance 40 kg, selebihnya dia tenteng ke dalam kabin pesawat. Tapi sayangnya 20 kg, 1 koper, tidak lolos saat mau boarding, karena kebanyakan barang. 

Inilah rahasianya: JASA TITIPAN. ya JASTIP itu nama pendeknya. 
Kata ini tidak asing di telinga saya, hanya saja saya tidak tau detail manfaatnya. Saya pikir ini hanya sekedar bawa barang titip teman, tapi ternyata menghasilkan. 

Sudah ada tarifnya, untuk rute Jakarta-Budapast atau sebaliknya tarifnya berkisar 3.000 sampai 4.000 forint per kilogram, atau setara dengan 162.000 – 168.000 rupiah per kilogram, kalikan saja 90 kg. 

Itulah mengapa Irfan dan Alif bisa terbang ke Indonesia PP tanpa harus merogoh isi dompet. 
“Selain tiket penerbangan saya ter-cover oleh tarif JasTip, sayapun masih untung 2,5 juta.” Jelas Alif.

“Lalu, klien kalian dapat dari mana?” saya jadi penasaran. 
“Gampang, tinggal kasih info saja di group WA. Di setiap negara ada organisasi PPI (Persatuan Pelajar Indonesia), dijamin pasti banyak yang mau nitip.” Sahut Irfan. 

Budapest, 17 Feb 2023


0 Comments

Follow Me On Instagram